Tepat pada angka genap terakhir Bulan Bahasa, disapanya alam raya dengan puisi tangisan pertamanya.
Tak ada yang memahami dan tak perlu ada.
Toh puisi adalah jiwa yang sedang merenungi nasibnya sendiri.
Mengais makna dari jalinan kata sampai ia merasa berarti.
Senandung cinta dari Ibu adalah puisi pertama yang didengarkannya.
Dekapan hangat di tubuh mungilnya adalah diksi pertamanya.
Kecupan penuh kasih itu adalah majas paling nyata yang melengkapinya.
Pun hari-hari setelahnya adalah bait-bait puisi kehidupan yang dijalinnya.
Dan puisi ini adalah formula romantis untuk merayakan setiap larik-larik yang telah berlalu.
Hari baik untuk mengucap terima kasih pada sarwa luka dan suka pada bait yang dulu.
Bulan Bahasa, 2020
Postscript:
Terakhir, ia ingin tahu, apakah akan ada kamu di bait-bait puisi ini setelahnya?
2 responses to “Sepotong Puisi di Penghujung Bulan Bahasa”
Mari kita cerita tentang hari esok 😀
LikeLiked by 1 person
kerenn
LikeLiked by 1 person